Pesona Wolio-Pulau Buton

Sabtu, 10 November 2012

Sekedar Berandai-andai, tentang pilkada Kota Baubau

Kalau saja prinsip-prinsip demokrasi dilaksanakan secara konsekwen dengan berlandaskan nilai-nilai kebutonan dan mengindahkan moralitas dan gagasan cerdas yang ditawarkan pada rakyat,maka pilkada sebagai salah satu perwujudan demokrasi tentunya akan memberi harapan perbaikan masa depan daerah kita.



Lewat proses demokrasi seperti yang dilakukan masyarakat Baubau pd tgl 4 Nov. kemarin akan terjadi seleksi putra-putri yang terbaik untuk membangun bumi “bolimo karo somanamo lipu”. Tapi indikasinya sungguh sangat memprihatinkan krn pada kenyataannya yang menang bukan moralitas dan gagasan serta program yang jelas dan cerdas malainkan siapa yang punya sumber dana yang besar yang akan menang.

Pilkada Baubau lagi-lagi berubah seperti pasar, seseorang dihargai karena duitnya..sungguh sangat menyedihkan kalau hal ini terjadi dinegeri yang mengklaim diri punya nilai kearifan lokal yang tinggi.

Kita sebagai masyarakat seharusnya perlu sepakat bahwa untuk mewujudkan keinginan mempunyai budaya untuk mengejar setiap keunggulan dengan cara bersaing sehat dan fair. Kenapa…..? Selama ini khusunya pilkada kali ini , lagi-lagi kita diajari unggul atas yang lain dengan cara suap, kolusi, kongkalikongan dan sejenisnya.
Kali ini kita gagal lagi memulai dengan benar, karena formula management selalu mengingatkan kepada kita bahwa hasil yang baik hanya bisa diraih manakala kita memulainya dengan proses yang baik (good process secure good result).

Bahwa pemimpin sejati akan muncul di negeri yang mengklaim diri tanah kabarakati, anggaplah itu ada benarnya, tapi bukankah keberkahan itu datang dari format kesucian hati seseorang dalam kontek pengabdian diri terhadap Rab-nya ?

Melihat kenyataan yang terjadi bisa dibayangkan, bagaimana mungkin sebuah daerah yang bernama Baubau/Wolio Butuuni akan berasaing dan maju dalam tataran global, kalau estafet kepemimpinan daerah selalu ditandai dengan krisis politik, sosial bahkan moral.

Sulit dipungkiri, dari fenomena yang terlihat, sebagian kandidat dan elit politik daerah kita, saat ini terperangkap dalam suasana saling menghujat, saling menikam terhadap sesama calon pemimpin dan putra daerah, bahkan saling mengklaim keunggulan dengan menggerakan para pendukungya seakan-akan kemenangan itu adalah miliknya tanpa mengindahkan aturan dan sistem yang berlaku.

Mudah2an apa yang kita lihat berupa kelemahan yang subtansial pada pilkada kali ini merupakan bagian dari proses belajar berdemokrasi bagi masyarakat Baubau kedepan. (Hasmina Syarif).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Blog Toudhani -Wolio Molagi© All Rights Reserved
Hasmina Syarif