Topic diatas cukup menarik, sedikitnya utk mengingatkan kita tentang
pemahaman Position Power vs Personal Power dalam dinamika kekuasaan
& kepemimpinan yg banyak kita jumpai sekarang ini.
Karakter sang penguasa saat ini sering melupakan factor kebenaran
kejujuran yg esensial untuk mendekatkan diri serta mendapatkan respek
yg murni dr rakyatnya. mereka menganggap dengan position power yg
dimilikinya semuanya akan dapat dijadikan acuan untuk bisa
mempengaruhi dan mengontrol segalanya.
Pemimpin, penguasa, raja maupun kaisar juga manusia. Ada suatu kalimat bijak yg mengatakan bahwa : “Seni berinteraksi dengan orang lain bukan terletak pada kemampuan untuk mengontrol, tetapi pada kemampuan untuk menyesuaikan.”
Fenomena diatas mengingatkan kita akan sebuah kisah tentang seorang
Kaisar (penguasa) yang begitu iri dengan kemashuran seorang guru yang
tinggal di atas puncak gunung. Banyak orang datang kepada guru itu dan
meminta nasihatnya. Banyak berita dan cerita dikisahkan mengenai
kebaikan, kejujuran dan kebijaksanaan guru itu yang membuat sang
Penguasa jadi semakin iri.
Bahkan, untuk mengatasi kemashuran guru ini, sang kaisar sebagai
penguasa mulai membagi-bagikan uang dan menggunakan segala macam cara
agar dirinya lebih disukai. Tetapi, hal ini tidak mengubah pendapat
rakyat. Hingga akhirnya, si guru inipun difitnah mau merebut kekuasaan
kaisar sebagai penguasa.
Akibatnya, si guru ditangkap dan dipancung kepalanya. Namun, justru
setelah meninggal, nama si guru menjadi semakin melegenda yang membuat
si kaisar sang penguasa menjadi semakin marah. Hingga saat terakhir
sebelum menghembuskan nafasnya, si kaisar masih berkata, “Mengapa
mereka lebih mencintai si guru ini? Mengapa? Bukankah aku kaisar
penguasa yang sepatutnya lebih mereka cintai? Apa hebatnya si guru
ini?” Lalu, si kaisarpun menutup mata selamanya. Berabad-abad
lewat, orang pun lebih mengingat si guru dibandingkan dengan sang
kaisar.
Dalam konteks kisah ini, kita akan menyinggung dua jenis pengaruh yg
berikan. Satu diwakili oleh si kaisar sebagai penguasa, dan satu lagi
diwakili oleh si guru yang bijaksana.
Intinya, jika kita mengamati setiap hubungan dan komunikasi yang
terjadi di sekeliling kita, Kita bisa menemukan dua macam kekuatan yang
mendorong seseorang dalam bertindak dan berkomunikasi.
Yang pertama adalah position power, yaitu
kekuatan untuk menggerakkan orang lain karena kita memiliki kekuatan,
otoritas, jabatan, pengaruh, atau sesuatu yang lebih besar dari orang
tersebut.
Prinsipnya: you do what I say because I am bigger,
stronger, or have more authority over you (Anda melakukan apa yang saya
katakan karena saya lebih besar, lebih kuat serta punya otoritas atas
dirimu). Mungkin saat membaca kalimat ini pun, Anda
langsung teringat wajah seseorang yang sering memaksa kita dengan
kekuasaan dan otoritasnya.
Bagi Anda yang mengalami secara langsung akibat dari position power,
Anda tentu tahu bahwa dampak yang ditimbulkan dari position power
ini. Kadangkala, akibat yang ditimbulkan bisa membawa beban emosi yang
merusak dan orang pun merasa terpaksa melakukan, tetapi tidak dengan
suka rela (ihlas).
Pada dasarnya, orang tidaklah menghormati orang yang terlalu
menggunakan position power-nya. Mereka menghormatinya, hanya karena
takut dan tidak ingin konflik. Penghargaan yang muncul pun tidaklah
tulus. Hal ini banyak terjadi pada pemimpin-pemimpin yang terlalu gila
kekuasaan serta mengagung-agungkannya. Dan, tatkala kekuasaan, posisi,
dan jabatan itu hilang, hilang pula lah position power ini. Inilah
yang persis terjadi dengan sang kaisar yang iri tersebut.
Kekuatan kedua disebut dengan personal power, yaitu
kekuatan untuk menggerakkan orang lain karena kita merasa peduli
dengan kehidupan dan perasaan orang tersebut. Prinsipnya: I
connect to you because I care about you and your feelings (Saya
terhubung dengan Anda karena saya peduli mengenai diri dan perasaan
Anda).
Meskipun jarang, tetapi kita seringali bertemu dengan beberapa pemimpin yang menggerakkan orang lain dengan personal power
ini. Hasil yang dicapai dengan personal power akan menciptakan dampak
yang terus-menerus, bertahan lama, dan orang menjadi lebih respek
kepada pemimpin yang menggunakan personal power-nya.
From : Hasmina Syarif (Reference : The Daily Indonesian Business)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar