Intuisi jelas merupakan alat berpikir yang hebat.
Tetapi nyatanya intuisi dapat juga digunakan secara tidak tepat. Hal ini
terjadi dengan Lee Lacocca saat dia mengalami masa sulit ketika berhubungan
dengan Henry Ford II, seorang pemimpin dengan karakter yang sulit diprediksi.
Sebagai Presiden dari Ford Motor Company, Lacocca telah memperoleh reputasi sebagai salah satu eksekutif terhebat di industri otomotif. Di bawah kepemimpinannya, Ford mencapai keuntungan sebesar $3,5 miliar selama dua tahun terakhir, sebuah jumlah yang sangat besar pada saat itu. Selama hampir 3 tahun Lacocca sudah merasa curiga bahwa Henry Ford ingin memecatnya. Tetapi Lacocca secara intuitif yakin Dewan Direksi tidak akan membiarkan Ford menyia-nyiakan dirinya yang merupakan salah satu dari asset perusahaan yang paling berharga. Untuk sekali ini, tetapi, intuisi Lacocca yang biasanya berfungsi dengan sempurna ternyata salah.
Lacocca telah menjabat sebagai Presiden dari Ford
Motor Company selama 8 tahun, tepatnya 24 tahun setelah dia bergabung dengan
perusahaan tersebut langsung sejak dia lulus dari universitas. Memimpin lebih
dari 400 ribu karyawan dan dengan angka penjualan miliaran dolar, dia
bertanggung jawab langsung kepada Chairman dan CEO, Henry Ford II, cucu dari
pendiri perusahaan itu.
Di bawah kepemimpinan Lacocca, Ford Motor Company
memproduksi mobil berukuran lebih kecil dengan konsumsi bahan bakar yang lebih
efisien. Hal ini mengundang ketidaksetujuan Ford yang menganggap mobil kecil
akan menghasilkan keuntungan kecil. Tetapi Lacocca jalan terus karena dia
mendapat dukungan dari Hal Sperlich, salah satu karyawan kepercayaannya yang
terbaik dan paling handal. Perusahaan berhasil meluncurkan Ford Fiesta
berukuran kecil di Eropa. Lacocca merencanakan untuk meluncurkan produk ini ke
pasar Amerika. Henry menolak ide tersebut. Walaupun demikian, penjualan Ford
tetap meningkat di pertengahan 70-an karena sebagian besar disumbang oleh hasil
keefektifan kepemimpinan Lacocca dan tim manajemennya.
Lacocca sendiri merasakan adanya potensi
permasalahan seperti api dalam sekam. Kesuksesannya sebagai presiden
menimbulkan ketakutan Henry Ford II dimana suatu hari bisa saja dia akan
kehilangan kontrol perusahaan yang diwariskan dari kakeknya. Pada satu titik
yang hanya diketahui oleh Ford sendiri, dia memutuskan untuk menghilangkan
ancaman bagi dirinya dengan cara memarginalkan Lacocca dan mempermalukannya
sehingga Lacocca diharapkan akan mengundurkan diri. Untuk memecat Lacocca
secara terbuka akan membutuhkan persetujuan Dewan Direksi. Dengan cara ini Ford
dapat memecat Lacocca tanpa perlu meminta persetujuan Dewan Direksi. Lacocca
tidak menyerah, dia menolak untuk mundur, karena yakin Dewan Direksi yang
antara lain beranggotakan 9 anggota independen dari luar, akan mendukungnya.
Tanpa sepengetahuan Lacocca, Ford mengadakan
meeting khusus dengan para eksekutif puncaknya untuk menghapus sejumlah program
pengembangan produk untuk mobil kecil dan teknologi penggerak roda depan yang
ekonomis bahan bakar. Seperti yang ditulis Lacocca kemudian di buku
autobiografinya: ”Henry terus menungguku sampai aku berada beberapa ribu mil
dari kantor pusat untuk mengadakan meeting ini dan mencuri kekuasaan dan
tanggung jawabku. Dia juga terus menentang apa yang aku yakini”. Kemudian di
tahun yang sama Ford melakukan investigasi yang memalukan dan menghabiskan $ 2
juta dengan tujuan untuk membuka borok Lacocca sehingga dapat dijadikan alasan
untuk memecatnya. Sementara investigasi tersebut gagal membuahkan hasil, para
eksekutif lain menjadi cemas sehingga lebih memikirkan keselamatan karirnya
daripada berkonsentrasi penuh di pekerjaannya. Perusahaan mengalami kerugian
besar akibat hal ini.
Melakukan kilas balik beberapa tahun kemudian,
Lacocca sadar “ Harusnya saat itu saya mengundurkan diri” Tapi dia tidak
melakukannya. Kenapa?
Intuisi. Seperti kebanyakan eksekutif puncak lainnya,
insting Lacocca telah banyak membantunya dalam urusan korporasi. Dia tahu
dengan benar sejarah panjang Henry Ford yang suka memecat karyawannya yang
dianggap mengancam prestise atau kekuasaannya. Tapi Lacocca menganggap dia
adalah kekecualian. “ Aku menggangap diriku lebih pintar dan beruntung dari
orang lain. Aku tidak berpikir hal itu akan terjadi pada diriku”.
Lacocca sendiri memiliki kartu as, yaitu catatan
suksesnya yang tidak dapat disangkal oleh atasannya, dan Lacocca memperoleh
dukungan dan kepercayaan dari orang-orang di berbagai level, termasuk para
anggota utama dari Dewan Direksi. Saudara Henry Ford, Bill, yang memiliki lebih
banyak saham perusahaan daripada Henry, secara pribadi berkata kepada Lacocca
bahwa dia tidak akan tinggal diam jika Henry coba memecatnya.
Akhirnya Ford memutuskan untuk melakukan
pendekatan secara langsung. Ford secara pribadi mengadakan pertemuan dengan
sembilan direksi independen dan menyatakan keinginannya untuk memecat Lacocca.
Karena Ford secara efektif mengontrol seluruh direktur internal di perusahaan
maka hanya direksi independen yang dapat menentangnya. Direksi independen coba
menenangkan Ford. Awalnya Ford tampak setuju untuk mengurungkan niatnya.
Tetapi sebulan kemudian Ford kembali dengan
ancamannya. Di depan direksi independen Ford mengeluarkan senjata pamungkasnya
”Aku akan pecat Lacocca. Pilih
dia atau aku. Kalian punya 20 menit untuk menentukan keputusan kalian”. Setelah
itu segala bentuk tentangan roboh, tidak seorangpun berani menentangnya.
Esok harinya Ford memanggil Lacocca ke kantornya
”Kita telah bekerjasama dengan baik, tapi menurutku kamu sebaiknya pergi. Ini
akan menjadi yang terbaik bagi perusahaan”. Ford mengatakan itu tanpa melihat
mata Lacocca. Ketika Lacocca mendesak apa alasannya, Ford berteriak, ”Ini
sifatnya pribadi, dan aku tidak bisa jelaskan lagi padamu. Ini hanyalah satu
dari banyak hal!”. Bill Ford, satu-satunya orang lain yang hadir di ruangan,
menemani Lacocca keluar ruangan. ” Hal ini harusnya tidak terjadi, dia kejam”
kata Bill. ” terima kasih Bill” jawab Lacocca, ” Tetapi saya mati dan kalian
berdua masih hidup!”
Berikutnya Lacocca menemukan karirnya benar-benar
telah tamat. Teman-temannya yang sangat dipercaya akan mendukungnya nyatanya
menarik dukungannya. Mereka semua takut dipecat. ” Kejadian tersebut memberikan
shock yang terhebat sepanjang hidupku” kata Lacocca. Ford telah berhasil dengan
mudahnya mengintimidasi dan mengalahkan seluruh oposisi yang menghadangnya.
Masih dalam keadaan bingung, Lacocca bertanya kepada dirinya, “Kenapa aku tidak
merasakan hal itu?”. Lacocca telah mencampuradukkan antara intuisi yang bijak
dengan intuisi yang palsu, yaitu kepercayaan diri yang tidak pada tempatnya.
Intuisi yang ril dan palsu dapat membuat bingung
bahkan para pemikir hebat seperti misalnya Lee Lacocca. Keduanya bermuara dari
pikiran bawah sadar dan keduanya juga mengambil informasi dan pengalaman yang
disimpan di pikiran bawah sadar. Sama seperti berpikir secara sadar,
pola pikir di bawah sadar dapat menghasilkan hasil yang valid maupun tidak
valid. Karena itu, sama seperti berpikir secara sadar, kita harus
mentes validitas pemikiran yang dihasilkan bawah sadar. Sehubungan
dengan intuisi, tetapi, kita harus sangat berhati-hati karena kita tidak dapat
secara objektif memonitor proses munculnya intuisi yang dihasilkan pikiran
bawah sadar.
Untuk mentes validitas saat munculnya intuisi dari
dalam diri kita mengenai sesuatu hal, cobalah bertanya menggunakan ”Kenapa?”.
Kenapa saya merasa ada sesuatu yang salah disini? Mengapa saya begitu yakin
akan hal ini? Mengapa saya merasakan begitu kuatnya dorongan intuisi saya?
Selidikilah lebih lanjut, walaupun pada awalnya jawabannya tampak melenceng.
Karena sifatnya yang tidak
membutuhkan penjelasan rasional, intuisi menghasilkan ide dan solusi dimana
rasio tidak mampu untuk menghasilkannya. Tidak adanya penjelasan rasional,
karenanya merupakan kekuatan utama dan sekaligus kelemahan utama intuisi. Pada
saat mempercayai kekuatan intuisi, kita harus menyadari kelemahannya dan
memastikan kita secara sadar menerapkan rasio untuk mentesnya. Dengan
bertanya menggunakan ” Kenapa?”, kita dipaksa untuk menggunakan rasio karena
akan melibatkan unsur-unsur seperti kejelasan, ketepatan, kekomprehensifan,
sensibilitas, dan kejujuran intelektual.
” Kenapa aku merasakan munculnya keragu-raguan
ini? Apakah keragu-raguanku didukung oleh alasan yang masuk akal, atau apakah
aku hanya takut terhadap hal yang tidak diketahui?”
” Kenapa aku begitu merasa yakin akan hal ini?
Apakah keyakinanku didukung oleh alasan yang objektif atau apakah keyakinanku
tidak realistis?”
” Kenapa aku merasa tidak nyaman dengan
keputusanku ini? Apakah aku kehilangan sesuatu atau aku merasa tidak nyaman
karena keputusan ini akan mendorongku keluar dari zona nyamanku?”
”Kenapa aku tiba-tiba merasa keputusanku tampak
sangat benar? Apakah aku menerima apa saja yang muncul pertama kali dari
pikiranku karena aku terlalu lelah atau tidak sabar untuk melanjutkan
pemikiranku sampai aku menemukan jawaban yang terbaik?”
Walaupun nyatanya intuisi dapat dengan tiba-tiba
muncul tanpa alasan yang jelas, seorang pemikir tajam akan menunda
pengambilan keputusan berdasarkan intuisi sampai mereka selesai melakukan
validasi terhadap intuisi tersebut dengan menggunakan standar yang sama seperti
yang mereka terapkan saat berpikir secara sadar.
Mereka tahu perasaan yang muncul seiring dengan
munculnya intuisi ril dan yakin akan kebenarannya walaupun rasio sendiri tidak
dapat menjelaskannya. Tetapi mereka tetap melakukan validasi terhadap intuisi
tersebut sebelum menjadikannya sebagai dasar pengambilan keputusan.
Intuisi yang salah akan mendorong kita untuk
melompat dengan segera kepada kesimpulan yang salah.
(Charles W. McCoy, Jr.,
pengarang buku : Why Didn’t I Think Of That?)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar