Pesona Wolio-Pulau Buton

Minggu, 06 Mei 2012

Intuisi yang keliru...?

Tidak adanya penjelasan rasional merupakan kekuatan utama dan sekaligus kelemahan utama intuisi. Bagaimana mengeliminir kelemahan tersebut?
Intuisi jelas merupakan alat berpikir yang hebat. Tetapi nyatanya intuisi dapat juga digunakan secara tidak tepat. Hal ini terjadi dengan Lee Lacocca saat dia mengalami masa sulit ketika berhubungan dengan Henry Ford II, seorang pemimpin dengan karakter yang sulit diprediksi.

Sebagai Presiden dari Ford Motor Company, Lacocca telah memperoleh reputasi sebagai salah satu eksekutif terhebat di industri otomotif. Di bawah kepemimpinannya, Ford mencapai keuntungan sebesar $3,5 miliar selama dua tahun terakhir, sebuah jumlah yang sangat besar pada saat itu. Selama hampir 3 tahun Lacocca sudah merasa curiga bahwa Henry Ford ingin memecatnya. Tetapi Lacocca secara intuitif yakin Dewan Direksi tidak akan membiarkan Ford menyia-nyiakan dirinya yang merupakan salah satu dari asset perusahaan yang paling berharga. Untuk sekali ini, tetapi, intuisi Lacocca yang biasanya berfungsi dengan sempurna ternyata salah.
Lacocca telah menjabat sebagai Presiden dari Ford Motor Company selama 8 tahun, tepatnya 24 tahun setelah dia bergabung dengan perusahaan tersebut langsung sejak dia lulus dari universitas. Memimpin lebih dari 400 ribu karyawan dan dengan angka penjualan miliaran dolar, dia bertanggung jawab langsung kepada Chairman dan CEO, Henry Ford II, cucu dari pendiri perusahaan itu.

Di bawah kepemimpinan Lacocca, Ford Motor Company memproduksi mobil berukuran lebih kecil dengan konsumsi bahan bakar yang lebih efisien. Hal ini mengundang ketidaksetujuan Ford yang menganggap mobil kecil akan menghasilkan keuntungan kecil. Tetapi Lacocca jalan terus karena dia mendapat dukungan dari Hal Sperlich, salah satu karyawan kepercayaannya yang terbaik dan paling handal. Perusahaan berhasil meluncurkan Ford Fiesta berukuran kecil di Eropa. Lacocca merencanakan untuk meluncurkan produk ini ke pasar Amerika. Henry menolak ide tersebut. Walaupun demikian, penjualan Ford tetap meningkat di pertengahan 70-an karena sebagian besar disumbang oleh hasil keefektifan kepemimpinan Lacocca dan tim manajemennya.

Lacocca sendiri merasakan adanya potensi permasalahan seperti api dalam sekam. Kesuksesannya sebagai presiden menimbulkan ketakutan Henry Ford II dimana suatu hari bisa saja dia akan kehilangan kontrol perusahaan yang diwariskan dari kakeknya. Pada satu titik yang hanya diketahui oleh Ford sendiri, dia memutuskan untuk menghilangkan ancaman bagi dirinya dengan cara memarginalkan Lacocca dan mempermalukannya sehingga Lacocca diharapkan akan mengundurkan diri. Untuk memecat Lacocca secara terbuka akan membutuhkan persetujuan Dewan Direksi. Dengan cara ini Ford dapat memecat Lacocca tanpa perlu meminta persetujuan Dewan Direksi. Lacocca tidak menyerah, dia menolak untuk mundur, karena yakin Dewan Direksi yang antara lain beranggotakan 9 anggota independen dari luar, akan mendukungnya.
Tanpa sepengetahuan Lacocca, Ford mengadakan meeting khusus dengan para eksekutif puncaknya untuk menghapus sejumlah program pengembangan produk untuk mobil kecil dan teknologi penggerak roda depan yang ekonomis bahan bakar. Seperti yang ditulis Lacocca kemudian di buku autobiografinya: ”Henry terus menungguku sampai aku berada beberapa ribu mil dari kantor pusat untuk mengadakan meeting ini dan mencuri kekuasaan dan tanggung jawabku. Dia juga terus menentang apa yang aku yakini”. Kemudian di tahun yang sama Ford melakukan investigasi yang memalukan dan menghabiskan $ 2 juta dengan tujuan untuk membuka borok Lacocca sehingga dapat dijadikan alasan untuk memecatnya. Sementara investigasi tersebut gagal membuahkan hasil, para eksekutif lain menjadi cemas sehingga lebih memikirkan keselamatan karirnya daripada berkonsentrasi penuh di pekerjaannya. Perusahaan mengalami kerugian besar akibat hal ini.
Melakukan kilas balik beberapa tahun kemudian, Lacocca sadar “ Harusnya saat itu saya mengundurkan diri” Tapi dia tidak melakukannya. Kenapa?

Intuisi. Seperti kebanyakan eksekutif puncak lainnya, insting Lacocca telah banyak membantunya dalam urusan korporasi. Dia tahu dengan benar sejarah panjang Henry Ford yang suka memecat karyawannya yang dianggap mengancam prestise atau kekuasaannya. Tapi Lacocca menganggap dia adalah kekecualian. “ Aku menggangap diriku lebih pintar dan beruntung dari orang lain. Aku tidak berpikir hal itu akan terjadi pada diriku”.

Lacocca sendiri memiliki kartu as, yaitu catatan suksesnya yang tidak dapat disangkal oleh atasannya, dan Lacocca memperoleh dukungan dan kepercayaan dari orang-orang di berbagai level, termasuk para anggota utama dari Dewan Direksi. Saudara Henry Ford, Bill, yang memiliki lebih banyak saham perusahaan daripada Henry, secara pribadi berkata kepada Lacocca bahwa dia tidak akan tinggal diam jika Henry coba memecatnya.
Akhirnya Ford memutuskan untuk melakukan pendekatan secara langsung. Ford secara pribadi mengadakan pertemuan dengan sembilan direksi independen dan menyatakan keinginannya untuk memecat Lacocca. Karena Ford secara efektif mengontrol seluruh direktur internal di perusahaan maka hanya direksi independen yang dapat menentangnya. Direksi independen coba menenangkan Ford. Awalnya Ford tampak setuju untuk mengurungkan niatnya.
Tetapi sebulan kemudian Ford kembali dengan ancamannya. Di depan direksi independen Ford mengeluarkan senjata pamungkasnya ”Aku akan pecat Lacocca. Pilih dia atau aku. Kalian punya 20 menit untuk menentukan keputusan kalian”. Setelah itu segala bentuk tentangan roboh, tidak seorangpun berani menentangnya.
Esok harinya Ford memanggil Lacocca ke kantornya ”Kita telah bekerjasama dengan baik, tapi menurutku kamu sebaiknya pergi. Ini akan menjadi yang terbaik bagi perusahaan”. Ford mengatakan itu tanpa melihat mata Lacocca. Ketika Lacocca mendesak apa alasannya, Ford berteriak, ”Ini sifatnya pribadi, dan aku tidak bisa jelaskan lagi padamu. Ini hanyalah satu dari banyak hal!”. Bill Ford, satu-satunya orang lain yang hadir di ruangan, menemani Lacocca keluar ruangan. ” Hal ini harusnya tidak terjadi, dia kejam” kata Bill. ” terima kasih Bill” jawab Lacocca, ” Tetapi saya mati dan kalian berdua masih hidup!”

Berikutnya Lacocca menemukan karirnya benar-benar telah tamat. Teman-temannya yang sangat dipercaya akan mendukungnya nyatanya menarik dukungannya. Mereka semua takut dipecat. ” Kejadian tersebut memberikan shock yang terhebat sepanjang hidupku” kata Lacocca. Ford telah berhasil dengan mudahnya mengintimidasi dan mengalahkan seluruh oposisi yang menghadangnya. Masih dalam keadaan bingung, Lacocca bertanya kepada dirinya, “Kenapa aku tidak merasakan hal itu?”. Lacocca telah mencampuradukkan antara intuisi yang bijak dengan intuisi yang palsu, yaitu kepercayaan diri yang tidak pada tempatnya.

Intuisi yang ril dan palsu dapat membuat bingung bahkan para pemikir hebat seperti misalnya Lee Lacocca. Keduanya bermuara dari pikiran bawah sadar dan keduanya juga mengambil informasi dan pengalaman yang disimpan di pikiran bawah sadar. Sama seperti berpikir secara sadar, pola pikir di bawah sadar dapat menghasilkan hasil yang valid maupun tidak valid. Karena itu, sama seperti berpikir secara sadar, kita harus mentes validitas pemikiran yang dihasilkan bawah sadar. Sehubungan dengan intuisi, tetapi, kita harus sangat berhati-hati karena kita tidak dapat secara objektif memonitor proses munculnya intuisi yang dihasilkan pikiran bawah sadar.
Untuk mentes validitas saat munculnya intuisi dari dalam diri kita mengenai sesuatu hal, cobalah bertanya menggunakan ”Kenapa?”. Kenapa saya merasa ada sesuatu yang salah disini? Mengapa saya begitu yakin akan hal ini? Mengapa saya merasakan begitu kuatnya dorongan intuisi saya? Selidikilah lebih lanjut, walaupun pada awalnya jawabannya tampak melenceng.

Karena sifatnya yang tidak membutuhkan penjelasan rasional, intuisi menghasilkan ide dan solusi dimana rasio tidak mampu untuk menghasilkannya. Tidak adanya penjelasan rasional, karenanya merupakan kekuatan utama dan sekaligus kelemahan utama intuisi. Pada saat mempercayai kekuatan intuisi, kita harus menyadari kelemahannya dan memastikan kita secara sadar menerapkan rasio untuk mentesnya. Dengan bertanya menggunakan ” Kenapa?”, kita dipaksa untuk menggunakan rasio karena akan melibatkan unsur-unsur seperti kejelasan, ketepatan, kekomprehensifan, sensibilitas, dan kejujuran intelektual.
” Kenapa aku merasakan munculnya keragu-raguan ini? Apakah keragu-raguanku didukung oleh alasan yang masuk akal, atau apakah aku hanya takut terhadap hal yang tidak diketahui?”
” Kenapa aku begitu merasa yakin akan hal ini? Apakah keyakinanku didukung oleh alasan yang objektif atau apakah keyakinanku tidak realistis?”
” Kenapa aku merasa tidak nyaman dengan keputusanku ini? Apakah aku kehilangan sesuatu atau aku merasa tidak nyaman karena keputusan ini akan mendorongku keluar dari zona nyamanku?”
”Kenapa aku tiba-tiba merasa keputusanku tampak sangat benar? Apakah aku menerima apa saja yang muncul pertama kali dari pikiranku karena aku terlalu lelah atau tidak sabar untuk melanjutkan pemikiranku sampai aku menemukan jawaban yang terbaik?”

Walaupun nyatanya intuisi dapat dengan tiba-tiba muncul tanpa alasan yang jelas, seorang pemikir tajam akan menunda pengambilan keputusan berdasarkan intuisi sampai mereka selesai melakukan validasi terhadap intuisi tersebut dengan menggunakan standar yang sama seperti yang mereka terapkan saat berpikir secara sadar.
Mereka tahu perasaan yang muncul seiring dengan munculnya intuisi ril dan yakin akan kebenarannya walaupun rasio sendiri tidak dapat menjelaskannya. Tetapi mereka tetap melakukan validasi terhadap intuisi tersebut sebelum menjadikannya sebagai dasar pengambilan keputusan.
Intuisi yang salah akan mendorong kita untuk melompat dengan segera kepada kesimpulan yang salah.
(Charles W. McCoy, Jr., pengarang buku : Why Didn’t I Think Of That?)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Blog Toudhani -Wolio Molagi© All Rights Reserved
Hasmina Syarif