Benteng keraton buton adalah bekas peninggalan Kesultanan Wolio / Buton dan kita biasa juga disebut BENTENG KERATON WOLIO. |
Benteng ini memiliki panjang 2.740 meter yang
mengelilingi perkampungan adat asli Buton dengan rumah-rumah tua yang tetap
terpelihara hingga saat ini. Masyarakat yang bermukim di kawasan benteng ini
juga masih menerapkan budaya asli yang dikemas dalam beragam tampilan seni
budaya yang kerap ditampilkan pada upacara upacara adat.
Tetapi,
ada sedikit bau mistik di dalam masjid tua itu. Di belakang mimbar khatib atau
di ujung kepala imam tatkala dalam keadaan sujud terdapat pintu gua yang
disebut ”pusena tanah” (pusat bumi) oleh orang-orang tua di Buton. Konon dari
dalam gua itu keluar suara azan pada suatu hari Jumat. Peristiwa itu menjadi
latar belakang pendirian masjid di tempat tersebut.
Ketika
masjid itu direhabilitasi pada tahun 1930-an, pintu gua tadi ditutup dengan
semen sehingga ukurannya lebih kecil menjadi sebesar bola kaki. Lubangnya
diberi penutup dari papan yang bisa dibuka oleh siapa yang ingin melihat pintu
gua itu.
Di
salah sebuah kamar Kamali (istana) Badia, masih di kompleks keraton, terdapat
meriam bermoncong naga. Meriam bersimbol naga tersebut dibawa leluhurnya
Wakaa-kaa dari Tiongkok sekitar 700 tahun silam.
Meriam
itu masih memiliki peluru dan masih bisa diledakkan. Kamali Badia itu sendiri
tidak lebih dari rumah konstruksi kayu khas Buton sebagaimana rumah anjungan
Sultra di Taman Mini Indonesia Indah Jakarta. Sesuai tradisi, rumah atau istana
Kesultanan Buton harus dibuat keluarga sultan dengan biaya sendiri.
Khusus
Benteng Keraton Buton yang aslinya disebut Keraton Wolio dibangun pada masa
pemerintahan Sultan Buton VI (1632-1645), bernama Gafurul Wadudu. Benteng ini
berbentuk huruf dhal dalam alpabet Arab yang diambil dari huruf terakhir nama
Nabi Muhammad SAW.
Benteng
Keraton Wolio memiliki 12 pintu gerbang dan 16 pos jaga (bastion). Tiap pintu
gerbang (lawa) dan bastion dikawal empat sampai enam meriam. Pada pojok kanan
sebelah selatan terdapat godana-oba (gudang mesiu) dan gudang peluru di sebelah
kiri.
Oh ya,
konon pada masa pembuatan benteng keraton ini bahan baku utama yang digunakan
adalah batu-batu gunung yang disusun rapi dengan kapur dan rumput laut
(agar-agar) serta putih telur sebagai bahan perekat. wow fantastis!!! (sumber:
Atl Lisan. Harian Kompas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar