Pesona Wolio-Pulau Buton

Kamis, 17 Mei 2012

POSITION POWER vs PERSONAL POWER

Topic diatas cukup menarik, sedikitnya utk mengingatkan kita tentang pemahaman Position Power vs Personal Power dalam dinamika kekuasaan & kepemimpinan yg banyak kita jumpai sekarang ini.
Karakter sang penguasa saat ini sering melupakan factor kebenaran kejujuran yg esensial untuk mendekatkan diri serta mendapatkan respek yg murni dr rakyatnya. mereka menganggap dengan position power yg dimilikinya semuanya akan dapat dijadikan acuan untuk bisa mempengaruhi dan mengontrol segalanya.

Pemimpin, penguasa, raja maupun kaisar juga manusia. Ada suatu kalimat bijak yg mengatakan bahwa : “Seni berinteraksi dengan orang lain bukan terletak pada kemampuan untuk mengontrol, tetapi pada kemampuan untuk menyesuaikan.”
Fenomena diatas mengingatkan kita akan sebuah kisah tentang seorang Kaisar (penguasa) yang begitu iri dengan kemashuran seorang guru yang tinggal di atas puncak gunung. Banyak orang datang kepada guru itu dan meminta nasihatnya. Banyak berita dan cerita dikisahkan mengenai kebaikan, kejujuran dan kebijaksanaan guru itu yang membuat sang Penguasa jadi semakin iri.

Bahkan, untuk mengatasi kemashuran guru ini, sang kaisar sebagai penguasa mulai membagi-bagikan uang dan menggunakan segala macam cara agar dirinya lebih disukai. Tetapi, hal ini tidak mengubah pendapat rakyat. Hingga akhirnya, si guru inipun difitnah mau merebut kekuasaan kaisar sebagai penguasa.
Akibatnya, si guru ditangkap dan dipancung kepalanya. Namun, justru setelah meninggal, nama si guru menjadi semakin melegenda yang membuat si kaisar sang penguasa menjadi semakin marah. Hingga saat terakhir sebelum menghembuskan nafasnya, si kaisar masih berkata, “Mengapa mereka lebih mencintai si guru ini? Mengapa? Bukankah aku kaisar penguasa yang sepatutnya lebih mereka cintai? Apa hebatnya si guru ini?” Lalu, si kaisarpun menutup mata selamanya. Berabad-abad lewat, orang pun lebih mengingat si guru dibandingkan dengan sang kaisar.

Dalam konteks kisah ini, kita akan menyinggung dua jenis pengaruh yg berikan. Satu diwakili oleh si kaisar sebagai penguasa, dan satu lagi diwakili oleh si guru yang bijaksana.

Intinya, jika kita mengamati setiap hubungan dan komunikasi yang terjadi di sekeliling kita, Kita bisa menemukan dua macam kekuatan yang mendorong seseorang dalam bertindak dan berkomunikasi.
Yang pertama adalah position power, yaitu kekuatan untuk menggerakkan orang lain karena kita memiliki kekuatan, otoritas, jabatan, pengaruh, atau sesuatu yang lebih besar dari orang tersebut.

Prinsipnya: you do what I say because I am bigger, stronger, or have more authority over you (Anda melakukan apa yang saya katakan karena saya lebih besar, lebih kuat serta punya otoritas atas dirimu). Mungkin saat membaca kalimat ini pun, Anda langsung teringat wajah seseorang yang sering memaksa kita dengan kekuasaan dan otoritasnya.
Bagi Anda yang mengalami secara langsung akibat dari position power, Anda tentu tahu bahwa dampak yang ditimbulkan dari position power ini. Kadangkala, akibat yang ditimbulkan bisa membawa beban emosi yang merusak dan orang pun merasa terpaksa melakukan, tetapi tidak dengan suka rela (ihlas).

Pada dasarnya, orang tidaklah menghormati orang yang terlalu menggunakan position power-nya. Mereka menghormatinya, hanya karena takut dan tidak ingin konflik. Penghargaan yang muncul pun tidaklah tulus. Hal ini banyak terjadi pada pemimpin-pemimpin yang terlalu gila kekuasaan serta mengagung-agungkannya. Dan, tatkala kekuasaan, posisi, dan jabatan itu hilang, hilang pula lah position power ini. Inilah yang persis terjadi dengan sang kaisar yang iri tersebut.

Kekuatan kedua disebut dengan personal power, yaitu kekuatan untuk menggerakkan orang lain karena kita merasa peduli dengan kehidupan dan perasaan orang tersebut. Prinsipnya: I connect to you because I care about you and your feelings (Saya terhubung dengan Anda karena saya peduli mengenai diri dan perasaan Anda).
Meskipun jarang, tetapi kita seringali bertemu dengan beberapa pemimpin yang menggerakkan orang lain dengan personal power ini. Hasil yang dicapai dengan personal power akan menciptakan dampak yang terus-menerus, bertahan lama, dan orang menjadi lebih respek kepada pemimpin yang menggunakan personal power-nya.
From : Hasmina Syarif  (Reference : The Daily Indonesian Business)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Blog Toudhani -Wolio Molagi© All Rights Reserved
Hasmina Syarif