Dimanakah letak Buton? Dari manakah asal penamaan Buton? Siapakah kali pertama yang menamai jajaran pulau di jazirah Celebes (Sulawesi) tersebut dengan nama Buton? Mengapa dinamakan Buton?
Buton adalah nama sebuah pulau di jazirah tenggara kepulauan Sulawesi (Celebes). Di pulau inilah dahulu terletak pusat pemerintahan Kesultanan Buton. Tidak diketahui secara pasti sejak kapan pulau itu bernama demikian.
Ket Gbr: Benteng Keraton Buton & Masjid Agung Keraton Buton. Lokasi di Benteng Keraton Buton.
Dalam catatan sejarah yang bisa dirunut bahwa pada abad ke-14 Buton telah dikenal oleh dunia luar. Dari sejumlah sumber dijumpai
beberapa versi yang mengisahkan keberadaan negeri ini. Salah satu
sumber kepustakaan sejarah nusantara yang pernah memberitakan keberadaan
Buton adalah Kitab Kakawin (Negara Kertagama) yang ditulis Mpu Prapanca
(sastrawan Majapahit).
Pada Pupuh XIV di kitab tersebut dituliskan adalah Mahapatih Gajah Mada dalam sumpahnya –yang terkenal sebagai Sumpah Palapa-- melafalkan pulau ini sebagai berikut :
“….muwah tanah I Bantayan. Pramuka Bantayan len Luwu, tentang udamakatrayadhi nikanang sanusaspupul. Ikang sakanuasa Makasar, Butun, Banggawi, Kunir, Craliyao Mwangi, Selaya, Sumba, Sotomuar….”
Artinya:
(….Seluruh Sulawesi menjadi daerah VII Kerajaan Majapahit, meliputi; Bantaeng, Luwuk, Talaut, Makasar, Butun, Banggai, Kunir, Selayar, Solor…).
(….Seluruh Sulawesi menjadi daerah VII Kerajaan Majapahit, meliputi; Bantaeng, Luwuk, Talaut, Makasar, Butun, Banggai, Kunir, Selayar, Solor…).
Dari
informasi Mpu Prapanca tersebut sekilas dapatlah disimpulkan bahwa
Buton, sejak zaman Majapahit telah dikenal oleh dunia luar,
kerajaan-kerajaan di nusantara. Dari informasi Mpu Prapanca tersebut diketahui
bahwa sesungguhnya nama Buton telah ada sebelum Mpu Prapanca menuliskan
Kitab Kakawin Negarakertagama—atau sebelum Mahapatih Gajah Mada
mengumandangkan Sumpah Palapa-nya pada tahun 1364 (Miladiah). Jadi sejak
kapan nama Buton, pulau Buton, manusia Buton,Kerajaan Buton telah ada…?
Siapakah kali pertama yang memberikan nama Buton..?? Mengapa dinamakan
Buton…??
Dalam
hubungannya dengan pemberitaan tersebut diatas, Prof Mattulada (1996)
menyatakan bahwa perkataan Boetoen (Buton) yang tertulis dalam Kitab
Negarakertagama sesungguhnya merujuk pada sebuah negeri berdaulat
sebagaimana halnya Bantaeng, Makassar, Banggai, Solor, dan sebagainya,
dan niscaya pula bahwa letak negeri Buton sebagaimana dimaksud Prapanca
berada di sebelah selatan menenggara kontinen Pulau Sulawesi.
Bagaimana
asal muasal nama Buton, terhadap hal ini ditemukan sejumlah versi.
Versi yang lain menyatakan bahwa, nama Buton berasal dari nama sejenis
pohon, yaitu pohon “butun” (latin: Barringtonia asiatica)
. Pohon butun ini banyak tumbuh di daerah pesisir selatan Pulau Buton,
yaitu suatu tempat yang sejak dulu banyak disinggahi kapal-kapal layar
yang melintasi perairan Nusantara. Dalam masyarakat Buton ada suatu
tradisi membuat upacara yang dikenal sebagai kaepeta. Dalam upacara kaepeta masyarakat
setempat menggunakan daun pohon butun sebagai ganti piring untuk makan.
Bahkan daun pohon butun digunakan pula sebagai bahan dasar membuat
ketupat –masyarakat setempat menyebut ketupat butun karena ketupatnya dari daun butun dan besarnya sebesar buah pohon butun.
Secara
sosio-antropologis, sumber diatas menunjukkan keterkaitan masyarakat
Buton dengan pohon butun. Dalam bahasa Melayu memang ada kosa kata
butun. Atas dasar itu, diduga keras bahwa yang memberi nama demikian
adalah orang yang menggunakan bahasa Melayu. Hal ini sejalan dengan
sumber-sumber historiografi local buton yang menyatakan bahwa kerajaan
buton didirikan oleh kelompok Mia Patamiana (Empat
Pemimpin) yaitu imigran yang berasal dari Kawasan Semenanjung Malaka.
Jadi –menurut versi ini—nama Buton diduga keras diberikan oleh imigran Mia Patamiana dari Melayu.
Versi lain---dan ini yang diyakini masyarakat Buton sendiri—bahwa nama Buton berasal dari bahasa Arab yakni dari kosa kata butuni yang arti harfiahnya: perut.
Penamaan butuni diyakini oleh masyarakat setempat diberikan oleh
ulama-ulama yang pertama mendiami kepulauan tersebut. Hal ini terungkap dalam salah satu syair Kabhanti (sastra klasik buton) yang berjudul Kanturuna Mohelana (Pelita Sang Pelaut) sebagai berikut:
Tuamosi yaku kupatindamo
Ikompona incema euyincana
Kaapaaka upeelu butuni
Kumaanaia butuni o kompo
Motodhikana inuncana qura’aini
Itumo dhuka nabita akooni
Apayincana sababuna tana siy
Tuamo siy auwalina Wolio
Inda kumondoa kupetula-tulakea
Sokudhingki auwalina tua siy
Taokana akosaro butuni
Amboresimo pangkati kalangana
Ikompona incema euyincana
Kaapaaka upeelu butuni
Kumaanaia butuni o kompo
Motodhikana inuncana qura’aini
Itumo dhuka nabita akooni
Apayincana sababuna tana siy
Tuamo siy auwalina Wolio
Inda kumondoa kupetula-tulakea
Sokudhingki auwalina tua siy
Taokana akosaro butuni
Amboresimo pangkati kalangana
Artinya:
Demikian inilah kubertanya
Di perut siapakah engkau tampak
Karena engkau suka butuni
Kuartikan butuni adalah mengandung
Yang terdapat pula dalam Al Quran
Disitulah Nabi Saw bersabda
Menjadi asal sebab tanah Wolio
Demikian inilah awalnya Wolio
Tidak selesai kuceritakan semua
Sebabnya bernama butuni
Karena menempati derajat yang tinggi.
Menurut
syair kabhanti diatas nama Buton berasal dari kosa kata bahasa Arab,
terdapat di dalam Al Quran yakni butuni. Dinamai demikian karena negeri
Buton diyakini mengandung banyak isi sebaimana halnya perut atau butun
yang berisi makanan. Menurut masyarakat setempat, “isi” dimaksud adalah berupa hikmah, ilmu dan kekayaaan alam yang terpendam di dalamnya.
Jika sumber yang terakhir dihubungkan dengan riwayat kedatangan kelompok Mia Patamiana (tahun
1400-an) yang diduga memberi nama daerah ini (Buton), maka besar
kemungkinan kelompok imigran tersebut telah menganut Agama Islam.
Berdasarkan
jejak sejarah yang bisa ditelusuri ajaran Islam masuk di Buton pada
sekitar tahun 1542 M (948 H). Tokoh yang dikenal sebagai penyiar agama
Islam pertama di Buton adalah Syekh Abdul Wahid seorang ulama
berkebangsaan Arab. Beliau mengislamkan negeri Buton dan memberikan
gelar Sultan pada raja dan Kesultanan
pada negeri Buton –tentu saja setelah mendapatkan ijin dari Sultan Roem
di Turki (pusat Kesultanan Islam di Dunia pada waktu itu).
Jadi
kembali ke pertanyaan awal tulisan ini….siapakah yang kali pertama
memberikan nama Buton, butuni pada pulau di jazirah tenggara Celebes itu ??. Apakah salah satu dari yang berikut: ….Mia Patamiana
yang dari Melayu (tahun 1400-an), Syekh Abdul Wahid sang penyiar agama
Islam (tahun 1542 M), Mahapatih Gajah Mada-Mpu Prapanca (tahun 1364 M),
ataukah ada yang lain sang pemberi nama butun ---jauh sebelum tercatat di dalam Kitab Negara Kertagama …..??
Kembali ke tulisan Mpu Prapanca dalam Kitab Negarakertagama, dalam Pupuh LXXVII dia menulis:
“…..Buton adalah daerah ke-resi-an, di dalamnya terbentang taman, dijumpai lingga, ditemukan saluran air (irigasi/drainase ?) dan rajanya bergelar Yang Mulia Maha Guru…” (Dikutip dari Slamet Muljana, 1979).
Dalam tradisi masyarakat Hindu (agama Kerajaan Majapahit) istilah resi adalah gelar untuk strata ahli spiritual/agama (komunitas brahmana). Dari pemberitaan Mpu Prapanca bahwa Buton adalah daerah ke-resi-an bisa disimpulkan bahwa ketika Mpu Prapanca menulis Kitabnya dia memberikan penegasan bahwa di buton sesungguhnya telah didiami sekelompok--mungkin komunitas resi (ahli olah spiritual). Maka muncul pertanyaan “mengganggu” apakah tidak mungkin penamaan buton jauh sebelum rentang masa dari semua pendapat/versi yang diungkapkan diawal tulisan ini??
kalau bisa cari lagi sejarah buton yang ada di desa lasalimu.
BalasHapusInsya Allah Pak Lasalimu. Thanks, atas usulannya.
BalasHapus