Kenal kan dengan logo di samping? Ya, Toyota adalah salah satu global brand buatan Jepang. Sebuah merek yang merupakan perwujudan dari semangat dan kualitas Jepang. Sebuah merek yang memutar balikkan keadaan dari Jepang yang diporak-porandakan Amerika di Perang Dunia II menjadi Jepang yang membuat perusahaan-perusahaan otomobil Amerika hampir gulung mesin.
Toyota hanyalah satu dari sekian banyak merek
made in Japan
yang menjulangkan kejayaan di seluruh dunia. Kejayaan yang terwujud dari
semangat tak kenal menyerah. Kenyataannya, orang Jepang memang terkenal sebagai
pemikir dan pekerja keras dan cerdas. Banyak sudah ide brilian yang dihasilkan
dan bertebaran di seluruh dunia. Lihat saja produk-produk inovatif lainnya
seperti Honda, Sony, Nintendo, Kao, Pocari Sweat, sampai snack Megumi Minori.
Lihat pula ide-ide aneh bin ajaib mereka macam Tamiya, Tamagochi,
Dance Dance Revolution, Takeshi Castle, sampai cerita-cerita anime yang
bisa dimengerti anak-anak setidak masuk akal apapun itu. Produk-produk Jepang
tersebut hanyalah beberapa contoh dari kesuksesan the Japanese Invasion.
Tak heran meski masa lalunya terbilang kelam, di dunia modern bangsa Jepang
mampu bersinar cerah secerah matahari terbit. Keberhasilan ini tak lepas dari
semangat orang-orang Jepang yang selalu ingin menjadi lebih baik. Seakan-akan
tak ada kata terbaik di kamus mereka. Dengan begitu meski telah
mencapai suatu tingkat keberhasilan selalu saja ada inovasi yang dilahirkan.
Inilah the Japanese Spirit dan sekarang hampir semua perusahaan dan
organisasi di dunia yang ingin meraih sukses mengadopsinya. Salah satu semangat
Jepang ini termanifestasikan dalam Total Quality Management (TQM) yang
dikembangkan oleh Kaoru Ishikawa di Toyota.
Singkatnya, Total Quality Management
adalah sebuah pendekatan manajemen yang bertumpu pada total kualitas yang
dilakukan secara komprehensive dan menyeluruh. Intinya terletak pada
konsistensi dan pengurangan hal-hal yang tidak bermanfaat. Banyak perusahaan
Amerika yang dulunya menganggap remeh konsep TQM yang awalnya diperkenalkan
oleh Dr. Deming (seorang profesor statistika Amerika) ini kewalahan menghadapi
kemajuan Jepang yang begitu cepat. TQM adalah satu dari sekian hal yang telah
berhasil merevolusi perindustrian Jepang dan menjadikannya pemimpin. Itulah
sebabnya kini semua CEO dari perusahaan manapun wajib menguasai konsep TQM.
Kalau begitu, mengapa kita tidak ikut mempelajarinya? Kalau pun kita bukan CEO
sebuah perusahaan multinasional, kita adalah CEO untuk diri kita sendiri. TQM
yang telah berhasil menjadi sebuah pendorong revolusi industri modern
semestinya juga bisa kita jadikan sebagai suatu pendekatan untuk revolusi
budaya.
TQM akan bisa diterapkan untuk self-improvement karena para pelaku
TQM di perusahaan-perusahaan yang sukses itu manusia juga, bukan? Jadi,
sekarang mari kita melihat 4 langkah penting Total Quality Management
Jepang berikut untuk meningkatkan kualitas diri kita dan korelasinya dalam
revolusi budaya:
1. Kaizen: Proses Perbaikan
yang Berkelanjutan. Pabrik-pabrik selalu berusaha meningkatkan
efektifitas, efisiensi, dan produktifitas kerja mereka, begitu pula dengan
kita. Sebagai manusia kita juga harus senantiasa berusaha meingkatkan kualitas
diri kita. Kita harus selalu belajar agar wawasan bertambah, sering berlatih
untuk mengembangkan ketrampilan, dan bekerja keras secara maksimal untuk
mencapai prestasi yang tinggi. Tidak mudah menyerah dan tidak cepat merasa
puas adalah kuncinya. Di saat sulit kita dengan tenang mengidentifikasi
masalah untuk mengatasinya. Di saat berhasil kita tetap waspada dan terus
berusaha melakukannya lebih baik lagi. Contohnya, ketika mendapat nilai yang
mengecewakan dalam ujian, kita akan segera melakukan instropeksi dan
memperbaiki cara belajar kita. Lalu, ketika mendapat nilai yang baik, kita
tidak cepat puas dan bangga. Sebaliknya, kita mawas diri, melakukan cross-check
antara usaha belajar kita dan nilai yang didapat, menganalisa kemungkinan
metode belajar yang lebih mengena dan hemat waktu, dan berusaha untuk mencapai
yang lebih baik di ujian selanjutnya. Kita melakukan usaha-usaha yang
nyata, berulang-ulang, dan dapat diukur hasilnya (untuk mengukur
peningkatan kualitas).
2. Atarimae hinshitsu: Nilai fungsi (agar semua
berjalan sebagaimana mestinya). Setiap benda yang
diciptakan mempunyai fungsi tertentu sehingga memberi kegunaan maksimal.
Misalnya, sebuah sepeda motor berfungsi untuk mengantarkan pengendaranya dari
satu tempat ke tempat lain. Jika tidak bisa dinyalakan mesinnya, sepeda motor
itu dikatan tidak berfungsi. Sebagai manusia kita juga harus berjalan
sebagaimana mestinya. Kita harus mampu memfungsikan jasmani dan rohani kita
dengan baik. Kita mempunyai otak untuk berpikir, hati untuk merasa, tangan
untuk menulis, kaki untuk berjalan, dll. Aplikasi positif yang mudah adalah
bangun pagi, giat belajar, berangkat dan sampai di sekolah atau kantor tepat
waktu, bekerja dengan semangat, taat beribadah, dll. Ayah menjalankan
kewajibannya sebagai kepala rumah tangga yang baik dan bersama ibu menjadi
orang tua yang teladan yang mencurahkan kasih sayang pada keluarga, anak-anak
pun bersikap hormat kepada orang tua sehingga terciptalah suatu sistem
(keluarga) yang harmonis. Jika jasmani dan rohani kita difungsikan sebagaimana
mestinya, kita akan menjadi manusia seutuhnya.
3. Kansei: Pengamatan perilaku konsumen untuk
peningkatan kualitas produk. Dalam dunia bisnis, perusahaan-perusahaan
mengamati bagaimana perilaku konsumen dalam menggunakan produk atau jasa
mereka. Setiap konsumen mempunyai kecenderungan yang berbeda. Namun mereka
selalu cenderung untuk terus menggunakan produk atau jasa yang efektif dan
efisien dibanding yang tidak. Dalam kehidupan sehari-hari kita hendaknya juga
selalu memperhatikan pola perilaku kita dalam menggunakan kemampuan kita di
situasi dan kondisi yang berbeda sehingga bisa meningkatkan kualitas diri kita.
Misalnya, kita biasa belajar di malam hari hingga larut menjelang ujian namun
kurang merasakan hasilnya secara maksimal pada saat ujian. Mungkin kita bisa
mencoba untuk belajar di pagi hari (subuh) agar daya pikir dan daya ingat lebih
segar. Mungkin juga ternyata kita lebih bisa menyerap materi bila belajar
sedikit demi sedikit dalam beberapa hari, bukan dalam semalam. Proses
peningkatan kualitas yang berkelanjutan memerlukan evaluasi yang kontinyu pula
agar bisa tepat sasaran. Konsep ini mengajarkan kita agar selalu
berkaca pada diri sendiri, bukan melihat orang lain, karena masih banyak yang
perlu kita benahi dari diri kita.
4. Miryokuteki hinshitsu: Nilai keindahan (di samping
nilai fungsi). Mempunyai fungsi saja tidak cukup bagi sebuah produk untuk
mempunyai nilai lebih. Jika tidak berfungsi maka produk tersebut tidak ada
gunanya atau rusak. Fungsi sudah menjadi sebuah standar. Sepeda motor
sebenarnya sudah cukup untuk menjadi sebuah alat transportasi selama ia bisa
menggerakkan mesinnya dan mengangkut penumpangnya. Namun demikian, Yamaha
selalu memberikan nilai lebih dari sekedar itu. Sebagai contoh adalah Yamaha
Mio yang secara khusus ditujukan untuk kaum wanita. Mulai dari nama yang
mencerminkan image dan kualitasnya, stiker yang feminin namun elegan, sistem
transmisi yang mudah dipakai, dan tempat duduk dan pijakan kaki yang khusus
didesain agar nyaman dikendarai para wanita Indonesia adalah nilai-nilai tambah
dari sekedar fungsi dasar sebuah sepeda motor. Ini semua akan membuat Yamaha
Mio mendapatkan tempat yang lebih spesial di hati kaum wanita ketimbang Honda
Tiger misalnya. Demikian juga manusia, kita tak mau hanya menjadi manusia yang
datar-datar saja. Kita tak mau hanya menjadi manusia yang bangun-tidur-sampai-tidur-lagi
tanpa memberi nilai tambah bagi sekeliling kita. Sebagai makhluk pencipta
Yamaha Mio tentunya kita harus bisa memberi nilai tambah yang lebih. Fungsi
dasar kita sebagai manusia terjalankan dengan baik dan sekeliling kita
merasakan suatu efek yang lebih baik ketika kita berada di tengah-tengah
mereka. Contoh mudahnya adalah mengajak tetangga untuk bersama-sama
memisah-misahkan jenis sampah yang dibuang. Tak cukup hanya dengan
membuang sampah, kita selangkah lagi lebih maju agar dapat memanfaatkan
barang-barang yang dianggap sudah tidak bernilai lagi (daur ulang). Ajak saja
mereka yang mau mengkoordinasi dan semua untuk berpartisipasi. Tak perlu alat
yang mahal, cukup 3 jenis keranjang yang berbeda. Bagi yang kurang mampu bisa
dibantu. Di saat yang sama kita berusaha menyelamatkan lingkungan dan juga
bersilaturahmi. Indah, kan?
Rasanya 4 konsep dasar Total Quality Management ini tidak terlalu
susah untuk kita terapkan. Tak perlu muluk-muluk, mulai saja dengan yang mudah
namun pastikan konsisten. Mulailah dari diri kita yang nantinya akan membawa
pengaruh positif pada lingkungan sekitar. Dan mulailah dari sekarang.
Inilah yang telah berhasil membawa Toyota
menjadi pemuncak di pasar otomobil dunia. Motonya “Moving You Forward”
bukan sekedar penghias ruang iklan yang kosong. Toyota tidak hanya menggerakkan
penumpangnya ke depan secara fisik, tapi lebih dari itu. Toyota mengajak kita untuk lebih maju dengan
teknologi Hybrid-nya yang rendah emisi sehingga ramah lingkungan.
Budaya untuk sedikit demi sedikit menghilangkan hal-hal yang tidak berguna
untuk meningkatkan kualitas ini tidak hanya berlangsung saat jam kerja di
pabril-pabrik Toyota. Budaya ini melekat di hati dan teraplikasikan di
kehidupan sehari-hari para pegawainya mulai dari CEO sampai tukang kebunnya.
Pengguna Toyota seharusnya juga lebih berkualitas namun tetap ramah lingkungan
seperti mobilnya. Bagi yang belum punya Toyota, mari tetap kita jadikan diri kita
agar lebih berkualitas dan ramah lingkungan agar suatu saat nanti tidak malu
kalau harus mengendarainya.
Total Quality Management untuk Revolusi Budaya? Kenapa tidak?!?
Kalau Toyota saja bisa, pasti kita juga bisa!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar